Langsung ke konten utama

Game Capitalism



Kapitalisasi Dunia Bermain Anak

https://www.ncronline.org/sites/default/files/styles/article_slideshow/public/stories/images/11092012p18ph.jpg?itok=89srNgJ4
 hak cipta ncronline.org

Berbicara tentang masa anak-anak tidak terlepas dari masa-masa bermain. Masa bermain yang bebas di man anak-anak membentuk “dunia” nya sendiri, bermain bersama teman sebaya serta menemukan dan belajar hal baru di lingungan sekitar,Namun zaman telah berganti, era bermain konvensional pun berubah seiring perkembangan zaman, congklak, enggrang, gobak sodor dan petak umpet mulai ditinggalkan oleh anak-anak.

Masuk di Era Globalisasi yang serba digital, anak-anak di era modern mempunyai perbedaan mencolok dengan anak-anak beberapa dekade yang lalu. Dunia bermain konvensional masa lampau dengan alat-alat sederhana yang dapat ditemukan di lingkungan sekitar kemudian digantikan oleh perangkat Digital. Perubahan ini tidak terlepas dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ( New Media ). New media atau Media baru ini sedikit banyak telah merubah hampir segala aspek dalam kehidupan. Anak-anak yang tumbuh dan berkembang di era Milenial ini sudah berbeda jauh dengan anak-anak terdahulu.

Dampak media baru bukan hanya sebatas merubah dunia bermainan anak, pola berfikir, fantasi dan gaya hidup pun ikut terpengaruh akibat munculnya media baru ini. Anak- anak dianggap masih terlalu dini dan rentan terhadap perkembangan media baru. Pengawasan serta pendidikan berinternet pun dianggap sangat perlu di era sekarang, disisi lain pengguna internet yang berkembang sangat pesat dan luas tidak terkecuali anak-anak.

Anak-anak sekarang ini menjadi bagian dari masyarakat yang mengalami metamorfosis, mereka adalah anak-anak yang disebut dengan cyberkids atau the digital generation (Facer & Furlong, 2001; Buckingham, 2006; Tapscott, 1999; dalam Livingstone, 2011:348). Pendidikan berinternet dan pengawasan menjadi hal penting ketika anak-anak mulai mahir dalam menggunakan perangkat yang dapat tersambung ke internet.

Kapitalisasi 

Istilah kapitalisasi merupakan pelaksanaan dari faham kapitalisme, Dikutip dari Wikipedia bahwa Kapitalisme sendiri memiliki makna sebuah istem ekonomi di mana perdagangan, industri dan alat-alat produksi dikendalikan oleh pemilik swasta dengan tujuan membuat keuntungan dalam ekonomi pasar. Pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut, maka pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama, tetapi intervensi pemerintah dilakukan secara besar-besaran untuk kepentingan-kepentingan pribadi.

Kapitalisasi terjadi di berbagai sektor kehidupan,modal, pasar atau pendidikan. Tidak terkecuali pada dunia bermain anak yang rentan untuk di kapitalisasi karena kecenderungan anak yang tertarik pada hal baru dan permainan. Para pemilik modal berusaha memperoleh keuntungan besar dari penghasilan menjual berbagai permainan yang sedang populer berdasarkan sebuah film atau sebaliknya, pemilik modal membuat film atau komoditas lain berdasarkan sebuah permainan yang sedang digandrungi. Sebagai contoh seperti yang dikutip dari sebuah situs infotainment dan review Film Muvilla.com,Selasa (28/3/2017)
Tak hanya dari jumlah pendapatan yang besar, kesuksesan film-film ini juga dilihat dari laba yang didapat dibandingkan biaya produksi, juga performanya sebagai sebuah franchise yang berkelanjutan di layar lebar. 6 Film Box Office yang diadaptasi dari sebuah video game mulai dari Prince Of Persia : The Sands Of Time, Need For Speed, The Angry Birds Movie, Mortal Kombat, Lara Croft : Tomb Raider dan di puncak daftar ada Resident Evil yang merupakan adaptasi dari game horor tentang zombie ini bisa dibilang sebagai yang tersukses di antara film-film sejenis. Diawali Resident Evil (2002) yang raup 102,4 juta dolar AS dari modal produksi 33 juta dolar AS, film ini mampu jadi franchise berumur panjang. Dari lima film live-action yang sudah dirilis, seri yang dibintangi Milla Jovovich ini sudah mengumpulkan total 915,9 juta dolar AS di seluruh dunia, dari total biaya 250 juta dolar AS. Film keenamnya, Resident Evil: The Final Chapter juga sudah siap dirilis pada tahun 2017.

Kapitalisasi Video Game ( Transmedia Intertextuality )

Dalam teori Transmedia Intertextuality yang dicetuskan oleh Marsha Kinder (1991) terdapat pernyataan “Games have increasingly been integrated within what Marsha Kinder (1991) calls the ‘transmedia intertextuality’ of contemporary children’s culture” yang menjelaskan kepada kita bahwa Transmedia Intertextuality merupakan sesuatu hal yang mempunyai makna dan arti yang berkaitan dengan hal atau produk lain. Pernyataan ini diperkuat oleh Julia Cristeva dalam kajian Semiotik yang menyatakan bahwa semua karya lahir dari sebuah keterkaitan dari karya sebelumnya dan tempat yang berbeda

Pembahasan ini Transmedia Intertextuality dimaknai sebagai sebuah budaya games yang erat dengan dunia bermain anak-anak ( Childrens culture ) yang dimanfaatkan oleh para kaum kapitalis atau pemilik modal untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan menghadirkan komoditas lainnya, dalam realitas nya penerapan Transmedia Intertextuality dapat kita temui dalam game populer yang beredar  dan sangat digandrungi saat ini yang menggunakan karakter dan skenario dari film, untuk melipat gandakan keuntungan yang akan diperoleh jika unsur Film populer dalam game tersebut, dengan seperti itu pemilik modal akan mendapatkan tambahn keuntungan dari sektor lain seperti souvenir games, die cast, merchandise, dan produk lain yang berbau game tersebut.

Dikutip dari situs review tentang video game yang cukup populer yaitu Jagatplay.com yang merilis 10 video game adaptasi dari film terbaik. Bagi Anda yang pernah merasakan keanggunan dan kekuatan cerita dari trilogi The Godfather akan setuju bahwa seri video game yang diadapatasikan darinya merupakan yang terbaik. Dengan mekanisme gameplay open-world ala GTA, The Godfather menawarkan semua hal unik yang tidak akan pernah Anda temukan di game-game serupa, bahkan untuk sekelas Mafia atau GTA sendiri. Sebagai sebuah game mafia, ia menawarkan konsep gameplay dengan kesan role-playing yang kuat. Anda  akan benar-benar berperan sebagai seorang mafia dengan semua kejahatan yang bisa Anda lakukan, dari sekedar memeras, membunuh, bahkan berperang memperbutkan kekuasaan dengan keluarga mafia yang lain. Walaupun masih kalah epik dengan cerita film triloginya (terutama dua seri pertama), The Godfather versi video game ini berhasil menangkap pengalaman menjadi seorang mafia yang sesungguhnya. Tidak heran ia pantas menjadi yang terbaik.

Kesimpulan

Transmedia Intertextuality membuat sebuah ide baru dalam berbisnis, dan kapitalisasi di bidang industri video game. Menciptakan sebuah produk yang terintegrasi dengan produk lain untuk menambah keuntungan serta Fanboy dan Fangirl atau penggemarnya sendiri. Produksi yang berkelanjutan membuat penggemar tidak mau berpaling untuk membeli produk tersebut. Hal ini tentu menimbulkan perspektif negatif di mana para anak-anak atau usia diatasnya menjadi bersifat Konsumtif.

sumber referensi :

Lievrouw, Leah A. & Sonia Livingstone. 2006, Handbook of New Media : Social Shaping and Social Consequences of ITCs, Sage Publication Ltd. London. Chapter 3 : CHILDREN AND NEW MEDIA
 
http://www.muvila.com/foto/film/inilah-film-film-adaptasi-video-game-tersukses-di-box-office-160527c.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Kapitalisme


http://jagatplay.com/2012/04/news/10-video-game-adaptasi-film-terbaik-sepanjang-masa/2/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Revitalisasi Alun-alun Banyumas

Rekreasi ke Landmark "Baru" Banyumas Tulisan Ikonik Banyumas yang menjadi daya tarik Masyarakat untuk berkunjung doc.pibadi BANYUMAS –  Libur panjang akhir pekan Isra Mi’raj, Senin (24/4) dimanfaatkan warga sekitar Alun-Alun Banyumas yang berada di Desa Sudagaran, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Untuk mengisi waktu liburannya di Alun-alun Banyumas, Tulisan ikonik Banyumas, aneka kuliner dan event besar yang diselenggarakan menjadi daya tarik tersendiri bagi warga yang berkunjung. Kini warga dapat menikmati tempat refreshing dan murah meriah bersama keluarga dan orang terdekat. Setelah rampung pada pertengahan tahun 2016 melalui proses renovasi yang cukup lama Alun-alun Banyumas mulai men dapat tempat di hati ma syarakat. Bukan hanya karena faktor dekatnya jarak dengan kediaman namun adanya tulisan BANYUMAS yang dihias lampu LED merah yang ikonik membuat masyarakat yang cukup jauh tempat tinggalnya untuk datang hanya sekedar berfoto selfie di